Beranda | Artikel
Faedah Sirah Nabi: Baiat Aqabah Pertama
Jumat, 19 Juli 2019

Bagaimana kisah dalam baiat ‘Aqabah yang pertama?

 

Orang-orang Madinah terdahulu merupakan orang-orang istimewa, mereka menerima tawaran Islam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan baik, seperti kisah Suwaid bin Shamit yang telah diulas sebelumnya. Semisal itu juga ada kisah Iyas bin Mu’adz yang menjamin delegasi dari Bani Abdul Asyhal, mengikat sumpah dengan Quraisy menyelamatkan kaumnya Khazraj, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui berita mereka lantas mendatanginya seraya berkata,

هَلْ لَكُمْ إِلَى خَيْرٍ مِمَّا جِئْتُمْ لَهُ

“Adakah kamu datang untuk satu keperluan yang lebih baik?”

Mereka bertanya, “Siapa Anda?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

أَنَا رَسُولُ اللَّهِ بَعَثَنِى إِلَى الْعِبَادِ أَدْعُوهُمْ إِلَى أَن ْيَعْبُدُوا اللَّهَ لاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَأُنْزِلَ عَلَىَّ كِتَابٌ

“Saya Rasulullah, saya diutus kepada manusia. Saya mengajak manusia untuk menyembah Allah semata, dan tidak berbuat syirik sedikit pun, dan saya diwahyukan Al-Qur’an.”

Lalu beliau menceritakan Islam dan membacakan Al-Qur’an kepada mereka. Lalu Iyas yang kala itu masih belia (ghulam) berkata kepada kaumnya,

أَىْ قَوْمِ هَذَا وَاللَّهِ خَيْرٌ مِمَّا جِئْتُمْ لَهُ

“Wahai kaumku, demi Allah ini lebih baik dari tujuan kamu datang untuknya.”

Abu Al-Haisar (kala itu sebagai ketua delegasi) mengambil segenggam kerikil dan melempari Iyas sambil berkata, “Diam kamu.” Iyas pun terdiam. Ketika mereka kembali ke Madinah, tidak lama kemudian Iyas meninggal dunia. Di antara orang yang menyaksikannya menyebutkan dia senantiasa membaca tahlil, takbir, tahmid, serta tasbih hingga ia meninggal dunia. Tetapi mereka tidak menyebutkan kalau ia mati dalam keadaan Islam. Yang jelas ia merasakan keislaman di majelis tadi ketika ia mendengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apa yang ia dengar. (HR. Ahmad, 5:427. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Ibnu Ishaq menyebutkan ketika Allah hendak menampakkan agamanya dan mengagungkan nabi-Nya pada musim haji dan membenarkan janji-Nya, pada tahun kesebelas dari kenabian, beliau keluar menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah Arab seperti lazimnya dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Sesampainya di ‘Aqabah, beliau bertemu sekelompok orang berasal dari suku Khazraj, Allah menginginkan kebaikan kepada mereka.

Ashim bin Umar bin Qatadah dari pemuka kaumnya memberitahukan aku seraya berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu mereka”, beliau bertanya, “Siapa kalian?” Kami sekelompok orang yang berasal dari Khazraj”, sahut mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah kalian termasuk bekas budak Yahudi?” “Ya”, jawab mereka. “Maukah kamu duduk karena aku ingin mengungkapkan sesuatu kepada kalian?”, tanya Rasul. “Ya”, jawab mereka. Mereka lantas duduk dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah semata, menawarkan Islam, dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.

Disebutkan bahwa Allah memperlihatkan Islam kepada mereka, ketika bersama Yahudi terdapat ahli kitab dan ahli ilmu, sedangkan mereka musyrik dan menyembah berhala. Diberitahukan kepada mereka akan datangnya seorang nabi dan mereka berhasrat memerangi kaumnya itu bersama nabi seperti pada perang kaum ‘Ad dan Iram. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara dengan mereka dan menyeru kepada Islam. Di antara mereka, ada yang berkata, “Wahai kaumku! Tidakkah kamu mengetahui dialah Nabi yang telah dijanjikan Yahudi, segeralah memenuhi ajakan dan seruannya, benarkan dan terimalah ajaran Islam.” Mereka memberitahukan Nabi, “Kami meninggalkan kaum kami, kaum yang saling bermusuhan sesama mereka, semoga dengan kedatangan Anda, kaum kami menyatu. Kami akan memberitahukan dan menyeru mereka kepada apa yang kamu bawa. Kami akan menawarkan agama ini kepada mereka, sekiranya Allah mengumpulkan mereka di sekitar Anda, maka tidak ada orang yang paling mulia selain Anda.” Kemudian mereka pulang ke negeri mereka dengan membawa iman dan keyakinan yang jujur.

Jumlah mereka enam orang berasal dari Khazraj yaitu As’ad bin Zurarah, Auf bin Al-Harits bin Rifa’ah, Rafi’ bin Malik bin Al-‘Ajlan, Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah, ‘Uqbah bin ‘Amir bin Naaby, dan Jabir bin ‘Abdullah bin Riab radhiyallahu ‘anhum.

Auz dan Khazraj adalah saudara kandung, kemudian terjadilah permusuhan di antara mereka karena ada pembunuhan. Peperangan di antara mereka berlangsung selama 120 tahun. Api peperangan baru padam ketika Islam datang, mereka kembali bersaudara berkat kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah mereka.

Sekembalinya ke Madinah, mereka menjadi dai menyeru kepada Islam, tersebarlah Islam ke seluruh penjuru dan pelosok Madinah sehingga semua mereka menyebut-nyebut tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada tahun berikutnya datang 12 orang, enam orang yang disebutkan tadi, kecuali Jabir bin ‘Abdullah bin Riab, tambahannya adalah Mu’adz bin Al-Harits bin Rifa’ah, Dzakwan bin Abdul Qais, ‘Ubadah bin Ash-Shamit, Yazid bin Tsa’labah, Abul Haytsam bin At-Taihan, dan ‘Uwaimir bin Malik.

Bersumber dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di sekelilingnya ada sahabat-sahabatnya tadi,

بَايِعُونِى عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا ، وَلاَ تَسْرِقُوا ، وَلاَ تَزْنُوا ، وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ ، وَلاَ تَعْصُوا فِى مَعْرُوفٍ ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِى الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ ، وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ

Kemarilah dan berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian sendiri, tidak berbuat dusta yang kalian ada-adakan sendiri, tidak mendurhakaiku dalam urusan yang baik. Barangsiapa di antara kalian menepatinya, maka pahalanya ada pada Allah. Barangsiapa ditimpa sesuatu dari yang demikian itu, lalu ia disiksa di dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya. Barangsiapa ditimpa sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki, Allah menyiksanya. Dan jika menghendaki, Allah akan mengampuninya.” Lalu kami pun berbaiat kepada beliau. (HR. Bukhari, no. 18 dan Muslim, no. 1709).

Bersambung insya Allah pada pelajaran dari kisah baiat ‘Aqabah pertama.

 

Referensi:

Fiqh As-Sirah.Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah.

 

 


 

Disusun menjelang Maghrib, 16 Dzulqa’dah 1440 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/20900-faedah-sirah-nabi-baiat-aqabah-pertama.html